my profile

Have Fun for you

Minggu, 24 Juli 2016



Dibawah tekanan

            Citra bukanlah gadis yang cantik, dia tidak mengerti cara berpakaian, norak, sederhana bahkan sangat sederhana. Keluarganya bukan orang yang berada, tapi lumayan berkecukupan. Kedua kakaknya menjadi abdi Negara sudah beberapa tahun silam,
Citra orang yang selalu berusaha ceria, meskipun sebenarnya ia memiliki masalah yang besar dibalik keceriaanya,  ia bukan gadis yang mudah menjadi sorotan public, sudah kubilang dia tidak terlalu cantik untuk dilihat orang.
            Kini ia duduk dibangku kelas 3 SMA, sekolah yang ia masuki merupakan sekolah negeri satu-satunya dikota kecamatanya, biayanya pasti mahal, bahkan mengalahkan sekolah negeri di kota, tidak seperti tangan yang selalu terbuka, kadang kala citra juga harus menunggak biaya sekolahnya karena kakaknya telat mengiriminya uang. 

Namun, meskipun biaya sekolah yang terbilang mahal dan sulit di jangkaunya, citra tidak pernah mengeluh dan putus asa, kedua orang tuanya selalu memberikan motivasi yang Cuma-Cuma untuknya,
pokoknya.. citra tidak boleh seperti bapak sama ibu, citra harus jadi orang sukses nanti..
begitu mengingat petuah itu , sulutan api mulai membara lagi..
**
            Tinggal menunggu hitungan hari, sebentar lagi citra akan keluar dari bangku sekolah, ia sudah merencanakan masa depanya jauh-jauh hari, masuk PTN favorit pilihanya, mendapat beasiswa, tercatat menjadi mahasiswi terbaik, lulus kuliah mendapat pekerjaan yang layak, menikah, dan kehidupanya akan jauh lebih baik. Tapi jangan lupa, itu hanya rencana, jalan sesungguhnya tidak semulus jalan tol, selalu ada kemacetan dimana-mana ketika hendak ke pusat kota.
            Huru hara pendaftaran kuliah sudah dimulai, jalur undangan, tes, mandiri , bidik misi berbagai macam jalan tersedia, citra tidak lolos jalur undangan nilainya dikelas X belum cukup untuk menembusnya, ia memutuskan untuk melalui jalur tes, dengan biaya dua ratus ribu rupiah, nilai uang yang cukup tinggi untuknya.
            Satu hari citra berpikir kembali mengenai biaya pendaftaran yang cukup mahal, ia tidak mungkin terus-terusan meminta uang kepada orang tuanya, ibunya yang hanya membuka toko , bapaknya yang hanya seorang petani biasa, sawah yang tidak terlalu luas, panen yang selalu buntung.
            Citra menelan ludah melihat kondisi keluarganya, satu-satunya jalan hanyalah kedua kakaknya… ia berpikir kembali , “kakak” apa akan selalu seperti ini, bertahun-tahun ia menggantungkan biaya sekolahnya kepada mereka, belum cukupkah menyusahkan mereka?
Dua minggu sebelum pendaftaran dibuka citra bermain kerumah kakak saudara didekat rumahnya, disana ia mendapat ultimatum, teguran dengan berbagai macam pendapat yang membuatnya berpikir ulang kembali
“kamu ngotot pingin kuliah, bisa.. kakakmu bisa membantu, sebualan dua bulan, belum tentu 3  bulan kedepan, kakakmu yang satu sudah berkeluarga, dia juga harus mengurus keluarganya bukan hanya kamu, yang satunya sibuk dengan hidupnya, cobalah dipikirkan lagi,  biaya kuliah itu mahal, lihat mas huda  dia bisa kuliah sampai semester 5, tapi ia behenti kuliah untuk mencari kerja guna membiayai skripsinya, .. kuliah bukan jalan satu-satunya, coba dipikirkan lagi ya..!”
            Citra menundukkan kepalanya, terasa berat jika dia terus menyangganya. Ia berjalan dengan gontai pulang kembali kerumahnya… dia tersenyum miris melihat ibunya yang terlelap dalam tidurnya, keriput diwajahnya tidak bisa disembunyikan lagi, airmatanya perlahan membasahi seragam sekolah yang dipakainya.
Tiba-tiba ia teringat akan impianya, ia berlari perlahan mengambil tumpukan Koran diwarung ibunya, ia membolak-balik Koran, mencari edisi hari minggu… ketika ia menemukanya buru-buru citra mencari tulisan SCRIPTS dibagian atasnya. Puisi, cerpen, esai memenuhi badan Koran… segera ia menggunting bagian bertulisakan dari redaksi yang berisi syarat dan alamat email bagi yang ingin mengirimkan sastranya.
            Citra merupakan gadis berjiwa sastra yang unggul, program bahasa nya disekolah semakin mempertajam pengetahuan dan keahlianya, entah sudah berapa ratus puisi dan berapa puluh cerpen yang ia tulis, tapi belum satupun pernah ia kirimkan ke media massa, walaupun sebenarnya ia sangat menginginkanya…
            Buru-buru citra dengan sigapnya mengetik beberapa cerpen yang dikiranya pantas dikirimkan ke Koran seperti impianya, ia sangat berharap karya sastranya bisa dimuat dikoran setiap edisi hari minggu tersebut, sekaligus ia juga berharap bisa menghasilkan uang segera dari sana untuk biaya daftar tes masuk kuliah.
**
“mas.. citra mau kuliah!”
“ya kalo kamu mau kuliah ya silahkan, tapi mas gak janji baka membiayai penuh.. kamu tahu sendiri kan kebutuhan mas dan rumah tangga mas juga banyak..!”
“bagus kalo citra mau kuliah, mas akan bantu sebisanya.. tapi gak banyak..!”
            Jawaban dari kedua kakaknya, semakin membuatnya terpuruk..
Beberapa hari sebelum pendaftaran dimulai, citra sedang menunggui warung ibunya, ibunya pergi kepasar untuk berbelanja, ada seorang wanita muda yang membeli beberapa makanan pokok di warungnya,
“sudah lulus sekolahnya cit?” Tanya orang itu dengan nada ramah
“insyaallah, tinggal menunggu pengumuman…!”jawab citra dengan ramah pula
“oh! Habis lulus mau kemana? Kerja?”
“insyaallah kerja sambil kuliah bu..!”
“kerja? Heh… mau kerja apa kamu, anak jelek kayak kamu bakal diterima kerja dimana?”
Citra tertegun mendengar penuturan ibu yang tidak berperasaan itu, ia memandang wajahnya dikaca milik ibunya, ia meraba wajahnya, menangis… jelek!
Aku memang jelek, mataku juling, badanku gendut, bekas luka diwajahku… aarrggghhh!!!!
            Citra terus memaki dirinya sendiri , tidak ada yang salah dengan omongan wanita tadi… ini membuatnya kembali berpikir lagi
Citra sudah cukup lelah “menegakkan benang basah” dalam kehidupanya, hidup dalam bayangan keluarganya yang sukses tidak cukup menyukseskan pikiranya….
Semakin ia tumbuh besar, semua orang disekitarnya selalu membandingkanya dengan saudara-saudaranya yang telah mengarungi perbatasan Negara, ia bangga tentu saja bangga… tapi rasa tertekan semakin besar andilnya..
            Berkali-kali ia memikirkan cita-cita dan keinginanya, apa aku salah ingin menjadi sukses , hanya karena aku jelek dan tidak sempurna. Tidak jarang juga citra iri melihat beberapa orang bisa meraih cita-cita mereka semudah memetik daun Kersen di depan rumah, tanpa memikirkan Uang, fisik dan omongan orang. Diantara tiga hal itu, Omongan orang adalah kendala Terbesar yang menghambat citra untuk melangkah ke depan.
            Malam hari, di hari yang sama.. citra kembali tidak bisa tidur, dirinya terpekur melamun.. langkah mana yang harus diambilnya?
**
3 hari sebelum pendaftaran , citra sudah tidak bisa berpikir lagi, ia membiarkan semuanya berlalu… tidak ada kuliah, tidak ada kerja…
sekedar berharap, ia berjalan dengan gontai menuju warnet yang dekat rumahnya… ia membuka e-mail miliknya… tidak ada senyum yang tersungging dari bibirnya semua lenyap, seakan tersiram air laut yang pasang.  
            Email pertama sampai dengan beberapa hanya email spam yang tidak penting, sampai tanganya berhenti di sebuah email dan matanya mendelik.. tubuhnya bergetar, bibirnya mengatup rapat.. klik 2 kali, dan arimatanya jatuh sudah.
“alhamdulilllah, ya allah terima kasih telah mengabulkan do’a hamba…!”
            Citra bersujud dan berteriak kegirangan didalam bilik miliknya, orang disekitarnya melihatnya dengan tatapan penuh pertanyaan, matanya berbinar ketika membaca email yang berisi naskah cerpen dan puisinya diterima semuanya… pihak redaksi juga senang bekerja sama denganya…
Akhirnya apa yang dicita-citakanya tewujudkan, ia percaya pembuktian itu masih jauh dibelakang, jalanya masih panjang.
            Pihak redaksi tersebut mentransfer uang seharga karyanya, dengan uang iu citra bisa membuktikan tidak selamanya ia bergantung kepada kedua kakaknya, orang tuanya… citra kembali meniti impianya, sebagian uang hasil pikiranya ia berikan kepada ibunya untuk menutupi kekurangan warung,  memang tidak seberapa.. tapi dengan uang itu, semangat juang citra tumbuh dan lebih membara lagi..
“bu..citra dapat uang untuk daftar Seleksi ujian masuk..!” kata citra dengan senyum sumringah, ibu citra yang mulai baya turut tersenyum bahagia. Wajahnya yang mulai keriput.. bergerak naik turun kala ia mengusap airmatanya.
            Dia tidak akan mendengarkan suara apapun dan siapapun, yang menjatuhkan Harga diri dan menurunkan semangatnya.. selagi apa yang ingin dicapainya bisa digapai, semua bentuk jalan akan dilaluinya.
Kini, ia pun semakin percaya kemacetan dijalan menuju ibukota akan terlerai seiring berjalannya kita, dunia pun ikut percaya… tidak selalu menegakkan benang basah, benang yang basah bisa juga digantung kan, mimpi yang sempurna.







6 komentar:

  1. boleh komentar? eyd-nya masih kurang hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe..danke mbak/kak/dek.. iya lo, gak sempet baca berulang.
      danke/terimakasih yups

      Hapus
  2. Mumtaz jazakumullah fi amalikum wa fi hayatikum miss

    BalasHapus
    Balasan
    1. meskipun gakngerti artine! di amini ae wes....
      hehehe

      Hapus